Kamis, 30 September 2010

ini kita punya (berdjaja)

kita yang pertama.
dan akan selalu ada yang pertama teman.
dan itu kita.

kita yang pertama.
dan akan selalu ada yang memandang sebelah mata teman.
yang pertama selalu dipandang sebelah mata,
dianggap belum tau apa-apa,
dianggap belum menarik untuk dipedulikan.

kita yang pertama.
tak ada yang diatas kita teman.
seakan tak ada tempat untuk mengadu,
seakan tak ada naungan untuk bercerita.
kita yang alami sendiri.
hanya kita, cuma kita, dan itu karena kita yang pertama.

kita yang pertama.
dan sebenarnya itu bukanlah masalah teman.
mungkin memang kita harus banyak belajar.
kita harus banyak dipoles.
agar kita menjadi lebih baik dan lebih baik di tahun mendatang.

kita yang pertama.
dan yang lain pun pernah memiliki yang pertama juga teman.
mungkin mereka yang pertama lainnya juga merasakan seperti yang kita rasakan sekarang.
tapi tak apa teman, perasaan itu memang bukan perasaan yang terindah, tapi ini kita punya, teman.
kita yang punya ini.

tak apa teman, akan selalu ada rasa yang tidak indah di dalam rasa yang indah.
ini kita punya.
berkarya, itu saja.

padang kota tercinta kujaga dan kubela (30september2009)

ruangan itu pernah saya diami
jalanan itu pernah saya lewati
bangunan itu pernah saya tempati

ketika melihat gambar andalasku,
terbayang,
aku sekolah disana,
aku les disana,
aku pesantren disana,
aku makan disana,
aku nongkrong disana,
aku bermain disana,
aku bahagia disana,
aku sedih disana,
aku melarikan diri dari dunia disana,
aku menghabiskan hari ku disana.

ketika mendengar berita mereka yang tiada,
menangis,
mereka guruku,
mereka temanku,
mereka tetanggaku,
mereka kakak kelasku,
mereka adik kelasku,
mereka uni-uni penjaga toko itu,
mereka uda-uda pelayan restoran itu,
mereka etek-etek pasar itu,
mereka mereka mereka,
orang orang yang kukenal,
orang orang yang pernah kutemui.

aku disini,
itu ranahku,
aku disini,
mereka orang yang kukenal,
aku disini,
poranda minangku,
aku disini,
mereka tiada.


ruangan itu pernah saya diami
jalanan itu pernah saya lewati
bangunan itu pernah saya tempati



depok, 02 oktober 2009.
AY.

G30S

G 30 S
peristiwa yang mencekam terjadi.
ibu, ayah, kakak, adik berlarian.

sekarang tepat satu tahun setelah peristiwa itu terjadi.
banyak memori,
banyak ingatan yang berlomba di kepala saya,
seperti trailer film yang tak ada habis-habisnya.
sekelebat, berkelebat, mengkelebat.

bohong jika saya bilang saya sudah lupa.
bohong bila saya bilang saya sudah tidak ingat.

orang bilang, dengan berjalannya waktu luka akan segera sembuh, hilang.
saya bersyukur orang-orang terdekat saya tidak mengalami hal-hal yang lebih buruk maupun yang terburuk.
tapi, di peristiwa yang sedahsyat ini, semengenaskan ini, bahkan orang di pasar yang belum saya kenal pun akan terasa seperti orang terdekat saya.
hingga, saat semua itu terjadi, segala sakit, pilu, hancur, airmata, akan menjadi sama.
saya merasa seperti mereka yang lain.
kami, kita merasa yang sama.

G 30 S
gempa 30 september
padang

Sabtu, 25 September 2010

kopi

saya tidak begitu suka kopi.
kopi pun juga seakan enggan untuk mendekati keseharian saya.
kami saling sombong.
hidup dengan keinginan sendiri-sendiri.
melangkah dengan kehendak sendiri-sendiri.

saya tidak begitu suka kopi.
hitam, pahit.
butuh pemanis ataupun yang lain untuk membuatnya terlihat lebih cantik.
membuat saya tidak bisa menikmati lelap nya tidur.
kafein, tidak sehat, sakit.

saya tidak begitu suka kopi.
bahkan cenderung menghindarinya.
tapi di suatu malam, saya bertemu dengan kopi.
disaat saya mencari mereka yang peduli, berharap menemukan mereka yang peduli.
tapi yang saya temukan, hanya kopi.
anehnya, kopi pun tak enggan menemani malam saya, menemani saya yang sedang digerogoti insomnia busuk.
kopi. tetap disana. kopi. tidak meninggalkan saya sendirian di tengah sunyi dan gelap nya malam.

saya tidak begitu suka kopi.
dan kopi tidak pernah punya niat untuk mengakrabi saya.
tapi kami saling memahami.
saat air mata sudah terlalu lelah bermain seluncuran di pipi saya, kopi ada.
saat saya berjuang memahami dan menghadapi ujian, kopi ada.
saat saya merasa sendirian, kopi ada.
saat saya berusaha berdiri sendiri di tengah suara deru deras hujan, kopi ada.
anehnya, kopi tak pernah meninggalkan saya ketika saya butuh bicara.

saya tidak begitu suka kopi.
saya menyayanginya.

jatuh cinta itu biasa saja

saya suka erk. dan ini salah satu judul lagu mereka.

jatuh cinta itu biasa saja.
siapapun bisa.
bahkan mereka yang sudah tua sekalipun.
mereka yang paling miskin sekalipun.
dan mereka yang telah mempunyai pasangan sekalipun.

menjaga hati tak mudah.
selalu mencari yang lebih baik dan lebih baik.
bertemu yang lebih baik, yang sebelumnya mulai ditimbang-timbang.

pertanyaannya, sampai kapan?

new life. breath.

well, ini pertama kalinya saya menulis.
entah kenapa, mungkin karena saya sudah terlalu muak.
atau mungkin saya pun ingin mendapatkan kembaran, haha.

life. hidup.
saya pernah punya hidup yang cantik, semu.
lalu tibatiba di planet itu datang alien yang cantik, sepertinya melebihi saya, sempurna.
semua orang yang saya kenal begitu memujanya, mereka bilang dia orang terasik yang pernah ada.
sangat menyenangkan hati saat berbicara dengannya.

saya mulai jengah.
bukan iri atau dengki.

berubah. mulai berubah. semuanya.
saya mulai berteriak dan terpekik kecil, meneriakkan suara hati.
tapi tak ada yang mengerti bentuk suara yang saya keluarkan.
seakan saya menggunakan frekuensi yang berbeda dengan mereka.
dan saya pun kalah. mengalah. dan menjadi orang yang kalah -loser-

hidup. berlanjut.
saya diam. saya merasa sendiri.
seseorang yang benar-benar saya percaya, seseorang yang telah ada di planet cantik saya selama lebih dari masa orientasi kuliah saya, ternyata memihak si alien cantik.
lelaki ini berkata, "itu biasa saja, dia bukan alien sayang, dia saudara saya, mirip dengan saya, apakah kamu tidak bisa melihatnya? dia bahkan sudah sangat mirip dengan saya, layaknya kembaran saya yang terpisahkan oleh koin ataupun liontin sekian lama. dan kini saya menemukannya."
saya? sakit.

rasa.
saya merasa sendiri.
diasingkan atau mungkin terasingkan.
asing.
mereka mengitari planetnya sendiri.
dan saya tau tidak akan ada undangan dari si alien cantik untuk saya ikut serta di planet sempurnanya.
tidak ada tempat untuk saya yang menyebalkan ini di planetnya.
mereka bahagia, membentuk dunia sendiri.
saya? semakin tertinggal.
seakan saya masih sibuk bagaimana agar radio berbunyi, sedangkan mereka mulai bermain dengan google TV.

penduduk lain?
diam.
sodaranya?
diam.
sahabat mereka?
diam.
penghuni planet mereka?
diam.

hanya tinggal penjaga dan penduduk planet cantik saya yang lain yang mulai berdemo, meneriakkan hal-hal yang menurut saya masuk akal.
tapi mungkin benar, anjing mengonggong kafilah berlalu.
dan yang terjadi? saya didiamkan.
enggan. si lelaki enggan menyapa dan membuat sedikit obrolan dengan saya.
saya? semakin sakit.

mengalah. saya pikir mengalah tak apa. saya pikir saya bisa mengalah.
pura-pura. saya pikir pura-pura tak apa. saya pikir saya bisa pura-pura.
tak apa. saya pikir mengganggap semua tak apa-apa bisa. saya pikir.

tapi hati saya sakit.
curang. terkhianati.

percaya. saya sangat mempercayai lelaki itu.
tapi dari sikapnya terhadap saya, saya merasa dia lebih suka dengan si alien cantik.
dia pernah berkata "maaf sayang, lebih baik saya tidak bercengkrama dengan yang bisa membuat saya dibenci"
sakit. saya dianggap pengganggu hidup. hama busuk yang harus segera diberi pestisida.

lelah. saya lelah mendayung sendiri.
perahu saya mulai ambing, saya bahkan tidak punya pegangan lagi di perahu ini.

planet saya rusak. seakan pesawat luar angkasa si alien cantik adalah sebuah meteor yang menghantam planet saya.
lubang besar.

salah? siapa?
itu salah saya.
saya tidak bisa menjaga yang saya punya.
planet cantik itu rusak karena saya sendiri, meski jelas ada lubang besar disana.

planet cantik yang mempunyai nama hati.